KEPENULISAN SEORANG SPESIALIS KEJIWAAN
Hari ini, tertanggal 22 Maret 2014 ada acara
workshop kepenulisan di kantor Radar Kediri. Saya mengikuti acara tersebut
bersama beberapa rekan saya dari kampus. Jujur saya tidak mengetahui apa-apa
mengenai acara itu termasuk pembicaranya siapa, hanya sekedar tahu ada workshop
kepenulisan di Radar Kediri dari salah seorang rekan 2 hari yang lalu. Okelah
saya menerima ajakannya untuk mengikuti acara tersebut. Tadi pagi kami
berangkat bersama-sama. Setibanya di lokasi, kursi-kursi masih banyak yang
kosong. Saya dan empat rekan mengambil deretan kedua dari depan, sedangkan
rekan yang lain mengambil deret belakang.
Kursi-kursi yang kosong mulai terisi. Sambil menunggu
penuh, salah seorang panitia membagikan sebuah pena dengan gantungan berbentuk
resleting. Saya perhatikan pena itu, di balik badan pena yang transparan
terdapat gambar seorang wanita dan logo sebuah partai. “Oh, sekalian kampanye,”
kataku. Tidak lama setelah itu, operator memutarkan video cuplikan pembuatan
film ‘Merah Itu Cinta’ yang dimainkan oleh Marsha Timothy, Gary Iskak, Yama
Carlos, dan Inong. Video tersebut menayangkan bagaimana proses syuting
berlangsung dan juga komentar-komentar dari para pemain serta sutradara dan
juga penulis skenarionya. Ketika sosok penulis itu muncul beserta nama yang
tertulis di bawahnya, saya langsung berpikir, “Sepertinya saya pernah tahu nama
itu.” Langsung saja saya tertuju pada pena yang dibagikan tadi. Benar saja,
foto yang terpampang pada pena itu ternyata penulis skenario film ‘Merah Itu
Cinta’. Setelah pemutaran cuplikan itu, datanglah wanita cantik dengan
penampilannya yang modis. Rambut coklat sebahu yang ditata seperti karakter
telenovela ‘Maria Bellen’, kacamata gaya, kaos hitam berbalut jaket warna hijau
army, legging putih bercorak biru, serta sepatu ala rocker dengan hak tebal.
Saya menebak bahwa dialah pembicaranya. Dan ternyata benar. Namun saya tidak
menduga jika wanita cantik yang baru tiba itu ternyata penulis skenario ‘Merah
Itu Cinta’ yang baru saya lihat dari cuplikan tadi, itu artinya wanita itu
jugalah yang fotonya terpampang di pena yang kuterima.
Acara dibuka oleh seorang pria dari pihak Radar Kediri
selaku penyelenggara acara, setelah itu barulah wanita cantik bernama Nova
Riyanti Yusuf itu memulai bicara dan memperkenalkan diri. Dia belum banyak
berbicara karena dia ingin semua peserta workshop menonton film yang dia tulis,
‘Merah Itu Cinta’. “Selama menonton nanti hilangkan sekat agama, hilangkan
sekat gender, hilangkan semua sekat-sekat yang membatasi manusia di dunia ini,”
ucap mbak Nova sebelum film diputar. Film mulai diputar, awalnya menayangkan
judul, tahun pembuatan, rating, dsb. Yang mencuri perhatian saya adalah
ratingnya, rating dewasa. Padahal sebagian pesertanya masih pelajar. Tapi saya
langsung ingat apa yang diucapkan mbak Nova tadi “…hilangkan semua
sekat-sekat….”
‘Merah Itu Cinta’ adalah sebuah film yang menyorot
kondisi psikologis tokohnya. Menceritakan Raisa (Marsha Timothy) yang begitu
depresi mendapati tunangannya, Rama (Yama Carlos) meninggal dunia. Dia merasa
hanya rama yang bisa membuatnya bahagia, tanpa Rama dia merasa tidak berarti
lagi hingga beberapakali mencoba bunuh diri, namun sahabatnya yang bernama
Fanny (Inong) terus menyemangatinya untuk tetap melanjutkan hidup meskipun
tanpa Rama. Ditambah lagi dengan kemunculan Aria (Gary Iskak) yang diketahuinya
adalah sahabat Rama yang mencoba menghiburnya. Dari situ saya menebak bahwa
nantinya Aria akan menggantikan Rama, tapi dugaan saya salah besar. Pada
akhir-akhir terdapat adegan flashback dari Rama dan Aria. Mereka pasangan guy.
Sungguh tidak terduga ternyata Rama seorang biseks. Sedangkan Aria guy. Namun
diketahui bahwa sebenarnya Rama telah memutuskan untuk memilih Raisa, dan
mereka akan menikah jika saja Rama tidak kecelakaan lalu meninggal. Endingnya
Raisa tersenyum dan berikrar bahwa dia akan terus melanjutkan hidupnya.
Setelah film berakhir acara dilanjutkan dengan
mendengarkan komentar dari 5 peserta mengenai film yang baru saja diputar. Ada
yang berkomentar dari segi psikologi dan segi cerita. Selepas itu mbak Nova
mulai berbagi mengenai kepenulisan. Penulis merupakan sentral dari sebuah film,
tanpa cerita dari penulis tentu tidak akan ada yang ditampilkan. Kita perlu
berhati-hati jika ingin membuat sebuah naskah film, karena apa? Mudah saja kita
mengembangkan berbagai ide, berimajinasi dan berfantasi setinggi-tingginya.
Namun kita harus memikirkan baik-baik apakah apa yang kita tulis bisa
divisualisasikan. Indonesia bukan Hollywood yang terkenal dengan produksi
filmnya. Produksi film di Indonesia masih terbatas. Tidak seperti di Hollywood
yang memiliki berbagai kecanggihan teknologi. Berikut yang perlu diperhatikan
dalam membuat skenario: ide, membangun karakter tokoh, alur, dan juga
pengembangan karakter.
Selain skenario, masih ada kepenulisan novel dan esai
yang disampaikan. Menurut mbak Nova, menulis novel itu lebih mudah daripada
menulis skenario. Dalam menulis novel kita tidak perlu repot-repot memikirkan
apakah cerita yang kita sampaikan bisa divisualisasikan atau tidak. Jadi kita
bisa bebas menuangkan imajinasi dan fantasi kita ke dalam cerita. Hambatan
dalam menulis novel salah satunya adalah genre. Jadilah diri kita sendiri dalam
menuliskan cerita, jangan sampai menirukan gaya penulis lain karena belum tentu
kita bisa seperti mereka. Jadi lebih baik menjadi diri sendiri agar cepat
terealisasikan. Kemudian kristalisasi ide, apa yang ingin kita tulis haruslah
sudah benar-benar matang, sudah terdapat kerangkanya dan tinggal
mengembangkannya saja.
Terakhir yang disampaikan adalah kepenulisan esai. Esai
terbagi menjadi 2, yakni esai yang serius dan esai yang ringan. Esai yang
serius contohnya seperti kritik sosial, sedangkan esai yang ringan contohnya
seperti gaya hidup. Untuk menuliskan esai, kita jangan pernah meninggalkan
sesuatu yang menarik atau yang sedang menjadi fenomena dan juga kita harus
bergerak cepat sebelum masanya habis atau berganti dengan fenomena lain.
Materi kepenulisan yang lebih ke pengalaman menulis
seorang mbak Nova berakhir. Sebagai penutup, peserta yang mempunyai pertanyaan
dipersilahkan. Dari sekian pertanyaan yang dijawab oleh mbak Nova, saya
tertarik terhadap jawabannya saat ada yang bertanya, “Mbak Nova kan seorang
DPR, apakah anda tertarik untuk membuat tulisan yang menceritakan kehidupan
DPR?” Dengan tegasnya dia menjawab, “Saya sama sekali tidak tertarik untuk
membahas DPR. Entah kenapa. Joki 3in1 yang kumel yang masuk mobil saya saja
masih bisa menginspirasi saya untuk menulis. Tapi kalau kehidupan DPR tidak
menginspirasi saya. Memang selera estetika tidak bisa dipaksakan.”
Semoga ilmu yang dibagikan seorang dokter spesialis
kejiwaan yang juga seorang penulis yakni Nova Riyanti Yusuf siang tadi bisa
menginspirasi saya untuk terus mengembangkan potensi yang ada dalam diri saya,
syukur kalau bisa menjadi penulis sepertinya atau bahkan lebih. Amin. J
Fazha Kim
Kediri, 22 Maret 2014
19:15 WIB






0 komentar:
Posting Komentar