Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Sebuah Catatan : Apakah Bibirmu Masih Perawan?

APAKAH BIBIRMU MASIH PERAWAN?


Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar judul di atas? Mungkin yang terlintas di pikiran anda adalah bahasan mengenai kisah percintaan para remaja jaman sekarang. Seperti itulah yang ada di benak saya ketika membaca undangan acara seminar dan bedah buku dengan tema seperti judul di atas. Empat kata tersebut langsung saja menarik perhatian saya dan seketika saya berkata kepada ketua (jadi undangan yang saya baca tersebut ditujukan untuk organisasi yang saya ikuti dengan delegasi 5 orang), “Aku mau mewakili datang ke acara itu.” Akhirnya pada hari ini, 27 September 2014 saya datang ke acara tersebut hanya bersama seorang teman dari kelas yang sama.
            Sekitar pukul 07.30 kami sudah sampai di lokasi acara dan jam 8 lebih baru memasuki ruangan. Acara dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hiburan islam banjari, serta sambutan-sambutan. Baru sekitar pukul 10.00 acara inti dimulai, muncullah sosok Ustadz Marenda Darwis asal Pare, Kediri yang tidak lain dan tidak bukan adalah penulis buku “Apakah Bibirmu Masih Perawan?” Penampilan sosok ustadz yang ada di benak saya ternyata tidak ada pada Ustadz Marenda Darwis. Adanya yaitu penampilan seperti yang biasa dikenakan para dosen saya. Kemeja motif kotak-kotak lebar lengan pendek (dan ternyata beliau memang seorang dosen juga). Di awal kemunculannya, beliau menyanyikan sebait lagu Afgan “Terima Kasih Cinta” yang saya akui suaranya lumayan juga dan sepanjang seminar beliau sempat menyanyikan bait-bait lagu Indonesia lainnya, tentunya bait-bait tersebut memang mendukung apa yang beliau sampaikan.
            “Di sini ada yang ingin tidak masuk surga?” tanya beliau di awal-awal. Tentu saja tidak ada. Kemudian beliau bercerita bahwa ketika beliau sedang mengisi salah satu perguruan tinggi di Bandung dan menanyakan hal yang seperti itu, ada yang mengangkat tangan. Bayangkan saja, mahasiswa tersebut mengangkat tangan ketika ditanya seperti itu, berarti dia ingin masuk neraka. Sebajingan-bajingannya bajingan, jika ditanya ingin masuk surga atau neraka pasti mereka bilang ingin masuk surga. Itulah yang membuat beliau tertarik dan bertanya alasan seseorang yang ingin masuk neraka tersebut. Apa jawaban yang beliau dapat? Pertama, “Saya ingin bertemu dengan artis-artis di neraka pak.” Dan kedua, “Saya ingin berdakwah di neraka.” Saya heran kok ada orang yang berpikir seperti itu. Mungkin saja orang itu hanya sekedar bercanda.
            Setelah itu Pak Darwis bercerita bahwa Ali, sahabat Rasulullah pernah melontarkan sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya, “Apa yang paling kuat di bumi ini?” Ada yang menjawab api, tetapi api kalah terhadap air karena bisa padam,  kalau begitu air, tetapi air kalah terhadap matahari karena bisa menguap, kalau begitu matahari, tetapi matahari bisa tertelan malam, kemudian ada lagi yang menjawab iman, tetapi iman masih kalah terhadap maksiat. Apa jawab Ali? Yang paling kuat di bumi ini adalah cinta. Cinta adalah anugerah, cinta itu tidak dosa. Jika cinta menjatuhkan korban atau memunculkan hal-hal negative, itu bukanlah kesalahan cinta, melainkan kesalahan para pelaku cinta yang salah memersepsikan arti cinta.
            Ada satu ayat dalam Al-Qur’an yang bagi Pak darwis sangat menginspirasi dirinya hingga bisa menulis 5 judul buku, hanya satu ayat:
“Kemudian datanglah sesudah mereka generasi yang mengabaikan sholat dan menurutkan hawa nafsu, maka mereka kelak akan tersesat.” (QS:19:59).
Dari ayat tersebut sangat menarik jika membahas masalah pergaulan remaja saat ini. Salah satu survei menyatakan bahwa 70% remaja sudah tidak perawan. Entah yang dimaksudkan sudah tidak perawan bibirnya atau bagian yang lainnya.  Melalui proyektor kami ditunjukkan sebuah gambar animasi sepasang kekasih tampak belakang dengan tangan si laki-laki merangkul pundak si perempuan. Di atasnya si perempuan terdapat simbol cinta yang diarsir penuh, sedangkan di atas si laki-laki terdapat simbol cinta yang terbalik dan diarsir hanya di kanan pinggir. Apa sebenarnya artinya? Pak Darwis mengatakan bahwa perempuan mencintai dengan sepenuh hatinya, sedangkan laki-laki hanya mencintai sepenuh raga. Banyak laki-laki yang meminta kissing dari pacarnya dan bahkan meminta ‘berhubungan’ dengan alasan sebagai bukti cinta. Salah besar. Itu bukanlah cinta, melainkan hawa nafsu semata. Jika sudah seperti itu, perempuanlah yang selalu mendapat masalah.
“Telah ditulis atas anak Adam bagiannya dari zina, maka dia pasti menemuinya. Zina mata memandang, zina tangan meraba, zina kaki melangkah, zina hati adalah berharap dan berangan-anagan, dan yang demikian itu dibenarkan oleh farjinya atau didustakan.” (HR. Bukhari).
            Kelemahan terbesar laki-laki adalah pandangan. Maka tidak salah jika ada seruan untuk menundukkan kepala ketika berhadapan lawan jenis. Sebuah penelitian menyatakan bahwa pada saat laki-laki bertemu pandang dengan lawan jenis pupil matanya akan membesar, di jantung dan di perut juga akan timbul reaksi-reaksi yang memunculkan rasa nikmat, kemudian ada hormon tertentu yang mengalir menuju organ-organ seks. Bayangkan saja, itu baru karena bertemu pandang. Bagaimana jika sudah ada sentuhan-sentuhan? Perempuan juga memiliki kelemahan. Telinga dan leher. Satu bisikan lembut dari laki-laki bisa saja menghancurkannya. Perempuan itu seperti kaca, mudah kotor dan mudah dibersihan. Namun ketika sudah pecah tidak akan bisa kembali ke bentuk semuka. Sedangkan laki-laki itu seperti kayu, susah dibentuk dan ketika jatuh tidak mudah hancur. Laki-laki sudah seharusnya melindungi perempuan yang pada hakikatnya merupakan makhluk yang lemah. Seperti perpaduan antara kaca dan kayu yang jika dibentuk sedemikian rupa akan menghasilkan pigora yang indah.
Cinta yang sesungguhnya adalah yang memiliki tujuan, target, dan berujung di pelaminan. Sedangkan kebanyakan cinta para remaja hanya sekedar pacaran tanpa tujuan yang jelas dan berujung di ‘kelamin’an. Begitulah canda yang dilontarkan Pak darwis. Sesungguhnya pacaran setelah menikah itu jauh lebih indah. Bukan bermaksud menyuruh yang memiliki pacar untuk memutuskan pacarnya, tetapi baiknya segera membangun keseriusan dengan awal berbicara kepada orangtua, kemudian menjaga kesucian hingga waktunya tiba. Mari menabung cinta kita di bank cinta, jangan mengobral cinta kita. Jika saatnya sudah tiba, kita ambil cinta itu dan berikan seluruhnya kepada pasangan kita. Cinta yang kita miliki bagaikan kuncup, jangan terburu-buru memetiknya, biarkan kuncup itu tumbuh, maka jika sudah tiba waktunya untuk dipetik, kuncup itu akan mekar menjadi bunga yang sangat indah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pendidikan

PENDIDIKAN : HARUSKAH DIPAKSAKAN?


Seperti yang sudah kita tahu, pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia. Bahkan pemerintah kita sedang mencanangkan program wajib belajar 12 tahun (yang sebelumnya hanya wajib belajar 9 tahun). Dengan adanya pendidikan, kita bisa mendapatkan segudang wawasan dan pengalaman di samping adanya pernyataan bahwa ilmu bisa didapatkan dari mana saja (dengan artian bukan hanya melalui program pendidikan saja). Meskipun demikian, pernyataan tersebut tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mengenyam bangku sekolah.
            Itu tadi hanya sekedar pengantar. Melalui tulisan ini saya ingin mengeluarkan sesuatu yang terlintas di benak saya mengenai pendidikan berdasarkan cerita yang saya dengar dari ibu saya yang seorang guru TK, kejadian di sekitar saya dan juga pengalaman-pengalaman pribadi saya. Pertama saya ingin membahas pendidikan bagi anak-anak. Sekarang ini banyak orangtua, terutama para ibu yang terobsesi menjadikan anak mereka sebagai yang terpandai atau berbakat. Salah satu murid ibu saya ada yang pandai mewarnai dan sering memenangkan lomba, ibu dari murid tersebutlah yang mendorong agar anaknya pandai mewarnai dengan mengikutkan les mewarnai dan jika ada perlombaan langsung mendaftarkan tanpa persetujuan dari si anak. Bahkan si anak tersebut sampai mengeluh kecapekan dan kadang menjadi ngambek. Yang ada di pikiran saya adalah bagaimana bisa seorang ibu memaksakan anaknya seperti itu. Jangan-jangan ibu tersebut mengincar nominal dari perlombaan jika berhasil memenangkannya. Bukannya berprasangka buruk, tapi jika benar demikian ini merupakan eksplorasi anak. Memang penting mengarahkan atau menumbuhkan bakat pada anak, tapi sebagai orangtua harusnya menyadari bahwa masa anak-anak merupakan masa yang dipenuhi dengan bermain. Boleh-boleh saja jika si anak yang menginginkan sendiri dan selalu menikmati apa yang dilakukannya, tapi bagaimana jika si anak terpaksa sehingga mempengaruhi suasana hatinya? Bisa-bisa suatu saat ketika telah beranjak remaja si anak suka memberontak karena perlakuan di masa kecilnya.
            Kemudian ada lagi kejadian serupa yang menimpa kerabat saya yang duduk di bangku dasar. Ibunya juga terobsesi akan pendidikannya. Setiap sepulang sekolah si anak dilarang pergi bermain karena harus tidur siang. Sehabis tidur siang si anak harus les dan selesai les ada kegiatan mengaji di masjid. Meskipun siang sudah les, ba’da maghrib si anak masih harus belajar bersama ibunya. Saya pernah melihat sendiri bagaimana ibunya ketika mengajari anaknya karena waktu itu saya berkunjung ke rumahnya. Ibunya terus memarahi jika si anak salah menjawab atau tidak bisa saat diberi pertanyaan hingga dia menangis dan berkata, “Kenapa sih ibu marahin aku terus? Aku bilang gak bisa ya gak bisa.” Menanggapi hal ini saya pribadi mempercayai bahwa setiap anak memiliki tingkat kemampuannya masing-masing. Jika memang tingkat kemampuan si anak hanya seperti itu ya mau bagaimana lagi. Dipaksakan sekalipun tidak cukup membantu. Harus dilakukan secara perlahan dengan pendekatan, bukan dibentak-bentak. Yang ada malah si anak menjadi malas.
            Ada juga kejadian lain, kali ini terjadi pada tetangga saya yang juga teman adik saya yang masih di bangku dasar. Berbeda dengan cerita sebelumnya, tetangga saya ini bukan ibunya yang terobsesi melainkan ayahnya. Anak ini juga tidak diperbolehkan pergi bermain sepulang sekolah. Dengar-dengar dia dipukul ayahnya jika nilainya tidak sempurna atau mendekati sempurna. Ayahnya begitu terobsesi dengan peringkat pertama. Untung saja si anak memiliki kemampuan yang tinggi. Secara berturut-turut dia berhasil mendapatkan peringkat pertama di kelasnya. Namun seiring berjalannya waktu si anak gagal mempertahankan peringkat pertamanya. Menurut saya ini karena sejak kecil anak itu dipenuhi belajar dan belajar sehingga semakin lama dia menjadi bosan dengan rutinitas itu dan mulai berani membandel. Guru saya pernah berkata bahwa anak-anak cepat merasa bosan, jadi jika masih anak-anak intensitas belajar seharusnya jangan terlalu padat karena perjalanan dalam pendidikan masih panjang. Jika di awal-awal sudah ditekan sedemikin rupa maka di pertengahan pendidikannya anak itu sudah bosan belajar.
            Selanjutnya menuju ke perguruan tinggi. Dengan banyaknya program studi yang bisa diambil di perguruan tinggi, calon mahasiswa yang belum memiliki tujuan yang jelas pasti akan kebingungan menentukan akan mengambil yang mana. Berbeda dengan yang sudah memantapkan pilihan jauh-jauh hari. Namun demikian program studi yang diinginkan calon mahasiswa bisa berbeda dengan apa yang diinginkan orangtuanya. Ada yang yang kemudian membiarkan anaknya memilih pilihannya sendiri dan ada juga yang tetap ngotot harus mengikuti keinginan orangtua. Sebenarnya yang menjalani nantinya si anak atau orangtuanya? Dampak negatif dari memaksakan kehendak seperti itu adalah mahasiswa menjadi tidak sepenuh hati dalam berkuliah dan bahkan menjalani dengan asal tanpa ada kesungguhan karena tidak sesuai dengan keinginannya. Bukankah calon mahasiswa seharusnya tahu kemampuannya dan program studi apa yang sesuai kemampuannya tersebut? Tapi jika belum mengetahui sehingga membutuhkan saran orangtua atau siapapun maka lain lagi. Saya pernah mendengar cerita tentang orangtua yang memaksa anaknya untuk mengambil program kedokteran, padahal sang anak menginginkan program hukum. Anak itu menuruti keinginan orangtuanya kuliah kedokteran dan berhasil lulus. Kemudian apa yang terjadi selanjutnya? Anak itu memberikan ijazahnya dan berkata, “Saya sudah lulus, ini ijazah yang kalian inginkan.” Pada akhirnya anak itu tidak mau menjadi dokter dan melakukan apa yang diinginkannya dahulu.
            Saya sendiri sebagai mahasiswa tentunya pernah mengalami masa-masa seperti itu. Bapak saya sebenarnya menginginkan saya agar mengambil program studi yang berbau Islam. Ya mungkin karena kedua orangtua saya pernah ‘nyantri’, bisa dibilang religius. Tapi jujur saya tidak tertarik sama sekali karena sejak kelas 10 akhir saya sudah memutuskan pada saatnya nanti saya harus kuliah mengambil program studi yang sekarang ini sedang saya tempuh. Ibu juga tidak keberatan terhadap pilihan saya, beliau memberi kebebasan karena yang menjalani adalah saya. Ketika saya meminta uang kepada bapak untuk mendaftarpun beliau langsung memberikannya dan tikan berkomentar. Saya anggap itu bentuk persetujuan dan terus berjalan hingga berhasil masuk program yang sudah saya rencanakan sejak lama itu.
            Dari sedikit cerita di atas dapat kita jadikan pelajaran bahwasannya sesuatu yang dipaksakan itu kebanyakan berakibat tidak baik. Orangtua seharusnya memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih pendidikan apa yang diinginkan sesuai kemampuannya, tidak terlalu keras dalam memperlakukan anak, dan juga mengetahui bagaimana cara mengajari anak agar tidak berakibat buruk ke depannya. Lalu sebagai anak yang sudah mengerti mana yang baik dan buruk, lakukan yang terbaik yang bisa dilakukan. Dengan begitu orangtua akan lega dan jika tidak sesuai dengan apa yang orangtua inginkan setidaknya orangtua telah melihat bagaimana usaha dan kerja keras anaknya.
             

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ketika Kutemukan Gejala Yang Sama


 KETIKA KUTEMUKAN GEJALA YANG SAMA


Bipolar Disorder. Ini adalah jenis sindrom atau penyakit psikologi yang ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrim. Aku mengenal istilah itu baru kemarin dalam sebuah cerpen yang kubaca. Sedangkan mengenai detailnya aku baru mengetahuinya tadi saat aku browsing, mencoba mencari tahu kiranya ada jenis sindrom yang menyebabkan penderitanya merasa kesepian. Ketika menemukan istilah Bipolar Disorder dalam cerpen yang kubaca, aku sama sekali tidak berpikiran untuk mencari tahu lebih jauh mengenai penyakit itu. Justru aku menemukan artikel mengenai bipolar karena ketidaksengajaan. Sudah berbulan-bulan aku begitu penasaran akan keadaan yang menimpa jiwaku. Aku mengira pasti ada suatu sindrom aneh yang bisa menggambarkan keadaanku, tapi aku belum berminat untuk mencari tahu hingga akhirnya tadi aku mencari tahu di internet. Dengan berbagai kata kunci aku berusaha menemukan sindrom apa yang memiliki gejala yang sama dengan apa yang kurasakan.
“Saat mengalami episode mania, penderita merasakan sensasi bahagia, optimis berlebihan, melakukan aktivitas lebih dari biasa, sangat bertenaga, kurang kebutuhan untuk tidur, banyak ide,….”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mengungkap Mitos Arwah 'Farida' di Badal Pandean

MENGUNGKAP MITOS ARWAH 'FARIDA' DI BADAL PANDEAN 
 
          Mitos merupakan cerita turun temurun yang dipercayai suatu masyarakat, baik mengenai perilaku keseharian maupun hal-hal gaib. Meskipun tidak sepenuhnya bisa dibuktikan, nyatanya masih banyak orang yang mempercayai suatu mitos. Termasuk yang akan saya bahas kali ini, yakni mengenai mitos arwah seorang wanita yang dikenal masyarakat bernama Farida yang berlokasi di salah satu pemakaman di Desa Badal Pandean, Kecamatan Ngadiluwih, Kabupaten Kediri. Dari cerita-cerita yang beredar, sosok Farida merupakan sosok wanita yang cantik dan bisa dibilang primadona di jamannya. Banyak yang mengisahkan bahwa sebagian masyarakat pernah menerima kiriman barang seperti material bangunan, sepeda motor, maupun barang-barang elektronik lain padahal mereka tidak memesannya apalagi membeli. Menurut masyarakat semua itu adalah ulah dari Farida. Kemudian cerita lain menyebutkan bahwa sosok itu juga sering berkelana kemana-mana bahkan mengajak pria kenalan. Sudah beberapakali ada pria yang datang ke Badal Pandean untuk mendatangi alamat yang diberikan olehnya, padahal itu adalah sebuah pemakaman.
            Mitos mengenai arwah tersebut begitu fenomenalnya terutama di daerah Badal Pandean dan sekitarnya, kebetulan desa tempat saya tinggal merupakan desa tetangga Badal Pandean. Tidak jarang saya bersama teman-teman maupun bersama keluarga saya membicarakan mitos itu. Selain berbagi cerita-cerita mengenai teror arwah Farida, kami juga bertanya-tanya. Siapakah sebenarnya arwah tersebut? Darimana asalnya? Penyebab kematiaannya? Dan benarkah jasadnya terdapat di pemakaman Badal Pandean? Semua pertanyaan tersebut tidak pernah terjawab secara pasti karena ada berbagai cerita mengenai asal, penyebab kematian, serta hal lain yang menyangkut Farida yang beredar hingga ada acara di salah satu stasiun televisi lokal yang mengungkap mengenai mitos tersebut yang tayang pada tanggal 16 April 2014. Acara tersebut merupakan acara jalan-jalan yang fokus untuk mengungkap berbagai mitos gaib di berbagai tempat. Sejenis acara ‘Dua Dunia’ yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta berbasis nasional. Metode yang digunakan yaitu terdapat beberapa orang sebagai mediator yang nantinya akan dirasuki oleh arwah-arwah dengan bantuan seorang pakar sehingga nantinya bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan.
            Abah Munir, seorang praktisi supranatural yang berasal dari Nganjuk mulai beraksi, diawali dengan mediator pertama yang dirasuki siluman ular, sosok itu juga sering mengganggu masyarakat. Beberapa pertanyaanpun dilontarkan, namun tidak didapatkan informasi mengenai Farida. Akhirnya mediatorpun disadarkan. Sebelum disadarkan, Abah Munir meminta siluman ular itu untuk tidak lagi mengganggu masyarakat dan dijawab, “Seng penting ojo digawe mesum.” (Yang penting jangan dibuat mesum). Menurutnya, daerah sekitar pemakaman sering digunakan sebagai tempat berbuat mesum. Kemudian dilanjutkan pada mediator kedua yang terlihat begitu kesakitan, tidak dapat bergerak. Darinya diketahui bahwa sosok Farida masuk pada mediator yang tersisa.
            Yang ditunggu-tunggupun mulai. Yakni menuju pada mediator yang terdapat sosok Farida di dalamnya. Berbagai pertanyaan dilontarkan. Ternyata nama Farida bukanlah nama aslinya. Ketika Abah Munir menanyakan siapa nama aslinya, dia hanya membisikkan karena tidak mau orang-orang mengetahui nama aslinya. Diapun sebenarnya bukan warga daerah itu. Penyebab meninggalnya yaitu karena dibunuh oleh Belanda. Jasadnya sebenarnya tidak berada di pemakaman itu, mungkin pada waktu itu jasadnya dihanyutkan di sungai. Oleh karena itu arwahnya menjadi gentayangan dan salah satu penghuni pemakaman di Badal Pandean mengajaknya tinggal di pemakaman tersebut. Mengenai kiriman-kiriman material bangunan maupun barang-barang lain Farida mengiyakan kalau semua itu memang ulahnya. Alasannya? Karena ingin diperhatikan. Untuk semua itu dia tidak menginginkan imbal balik dari orang yang menerima kiriman darinya. Namun sejauh ini sepertinya tidak ada yang mau menerima kiriman misterius karena takut ada imbal baliknya. Sama seperti sebelumnya, Abah Munir juga meminta Farida untuk tidak lagi mengganggu masyarakat dan mengancam jika dia mengganggu lagi, beliau akan datang dan menangkapnya.
            Dari peristiwa-peristiwa tersebut mitos mengenai arwah sosok Farida akhirnya terbongkar. Namun yang belum terungkap yaitu mengenai orang-orang yang kalap atau hilang di daerah tersebut yang hingga sekarang tidak diketahui keberadaannya. Kemudian kesimpulan mengenai kiriman-kiriman Farida itu, sepertinya merupakan suatu usaha untuk menggoyahkan iman masyarakat. Dia memang tidak meminta imbal balik pada awalnya, namun di balik itu semua jika ada seseorang yang imannya tidak kuat maka pastinya orang itu menjadi goyah imannya untuk mendapatkan sesuatu dengan cepat yang tentunya meminta dari bangsa halus. Kita sudah mengerti bukan hal-hal seperti itu dinamakan musyrik. Itulah pekerjaan setan, mencari teman sebanyak-banyaknya dari bangsa manusia. Intinya pelajaran yang bisa di ambil dari acara itu adalah kita harus memperkuat iman dan ketakwaan kita karena sesungguhnya kita tidak hanya hidup di dunia, masih ada kehidupan di akhirat sebagai pertanggungjawaban atas perilaku kita selama di dunia.

Fazha Kim
Kediri, 17 April 2014
08:39 WIB
           

           

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

50:50

 50:50

Tawaku kian memudar
Tatkala sesuatu yang absurd menghujamku
Aku menangkap betul kode-kode gelap itu
Entah aku yang terlalu perasa
Atau memang benar adanya
Yang jelas, menguar negatifnya rasa
Keabsurd-an itu menarik diriku tinggi-tinggi
Dan melepaskanku begitu saja
Membuat lidahku kelu tanpa bisa mengucapkan sepatah kata
Perlahan aku bangkit dengan sepatah dua patah kata
Sisi terangku mengatakan bahwa aku adalah pendosa
Namun sisi gelapkumenampiknya
Dan berkata bahwa semua akan baik-baik saja
Tanpa ada yang berani mengungkitnya
Ya, aku mempunyai kuasa
Meski begitu tetap saja sisi terangku bisa keluar
Terangkah...
Gelapkah...

Fazha Kim
Kediri, 29 Maret 2014
13:51 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Karya Sahabat : Mama

MAMA
Karya: Maria Dreonsiana Jerama

Mama, jasa dite toe nganceng
Balas laku anakme di’a
Dite toe nganceng
Hemong laku anak me mama
Mama…
Aku tetap doa latang ite
Mama, semoga tetap sehat, agu
Ite kole mama neka hemong doa
Latang aku anak me mama
Aku nu kite mama sepika
Bel sumang tau kole ditto ge
Mama, aku nuk keta ite semoga
Gelang ke polin sekola daku
Kud baro cumang tau koler ga
Agu ka’eng cama, kangen agu ite
Mama…

Kediri, 28 Maret 2014

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS