APAKAH BIBIRMU MASIH PERAWAN?
Apa yang terlintas di benak anda ketika mendengar judul di atas? Mungkin yang terlintas di pikiran anda adalah bahasan mengenai kisah percintaan para remaja jaman sekarang. Seperti itulah yang ada di benak saya ketika membaca undangan acara seminar dan bedah buku dengan tema seperti judul di atas. Empat kata tersebut langsung saja menarik perhatian saya dan seketika saya berkata kepada ketua (jadi undangan yang saya baca tersebut ditujukan untuk organisasi yang saya ikuti dengan delegasi 5 orang), “Aku mau mewakili datang ke acara itu.” Akhirnya pada hari ini, 27 September 2014 saya datang ke acara tersebut hanya bersama seorang teman dari kelas yang sama.
Sekitar
pukul 07.30 kami sudah sampai di lokasi acara dan jam 8 lebih baru memasuki
ruangan. Acara dibuka dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, hiburan islam
banjari, serta sambutan-sambutan. Baru sekitar pukul 10.00 acara inti dimulai,
muncullah sosok Ustadz Marenda Darwis asal Pare, Kediri yang tidak lain dan tidak
bukan adalah penulis buku “Apakah Bibirmu Masih Perawan?” Penampilan sosok
ustadz yang ada di benak saya ternyata tidak ada pada Ustadz Marenda Darwis.
Adanya yaitu penampilan seperti yang biasa dikenakan para dosen saya. Kemeja
motif kotak-kotak lebar lengan pendek (dan ternyata beliau memang seorang dosen
juga). Di awal kemunculannya, beliau menyanyikan sebait lagu Afgan “Terima
Kasih Cinta” yang saya akui suaranya lumayan juga dan sepanjang seminar beliau
sempat menyanyikan bait-bait lagu Indonesia lainnya, tentunya bait-bait
tersebut memang mendukung apa yang beliau sampaikan.
“Di
sini ada yang ingin tidak masuk surga?” tanya beliau di awal-awal. Tentu saja
tidak ada. Kemudian beliau bercerita bahwa ketika beliau sedang mengisi salah
satu perguruan tinggi di Bandung dan menanyakan hal yang seperti itu, ada yang
mengangkat tangan. Bayangkan saja, mahasiswa tersebut mengangkat tangan ketika
ditanya seperti itu, berarti dia ingin masuk neraka. Sebajingan-bajingannya
bajingan, jika ditanya ingin masuk surga atau neraka pasti mereka bilang ingin
masuk surga. Itulah yang membuat beliau tertarik dan bertanya alasan seseorang
yang ingin masuk neraka tersebut. Apa jawaban yang beliau dapat? Pertama, “Saya
ingin bertemu dengan artis-artis di neraka pak.” Dan kedua, “Saya ingin
berdakwah di neraka.” Saya heran kok ada orang yang berpikir seperti itu.
Mungkin saja orang itu hanya sekedar bercanda.
Setelah
itu Pak Darwis bercerita bahwa Ali, sahabat Rasulullah pernah melontarkan
sebuah pertanyaan kepada murid-muridnya, “Apa yang paling kuat di bumi ini?”
Ada yang menjawab api, tetapi api kalah terhadap air karena bisa padam, kalau begitu air, tetapi air kalah terhadap
matahari karena bisa menguap, kalau begitu matahari, tetapi matahari bisa
tertelan malam, kemudian ada lagi yang menjawab iman, tetapi iman masih kalah
terhadap maksiat. Apa jawab Ali? Yang paling kuat di bumi ini adalah cinta.
Cinta adalah anugerah, cinta itu tidak dosa. Jika cinta menjatuhkan korban atau
memunculkan hal-hal negative, itu bukanlah kesalahan cinta, melainkan kesalahan
para pelaku cinta yang salah memersepsikan arti cinta.
Ada
satu ayat dalam Al-Qur’an yang bagi Pak darwis sangat menginspirasi dirinya
hingga bisa menulis 5 judul buku, hanya satu ayat:
“Kemudian
datanglah sesudah mereka generasi yang mengabaikan sholat dan menurutkan hawa
nafsu, maka mereka kelak akan tersesat.” (QS:19:59).
Dari ayat tersebut sangat menarik jika membahas
masalah pergaulan remaja saat ini. Salah satu survei menyatakan bahwa 70%
remaja sudah tidak perawan. Entah yang dimaksudkan sudah tidak perawan bibirnya
atau bagian yang lainnya. Melalui
proyektor kami ditunjukkan sebuah gambar animasi sepasang kekasih tampak
belakang dengan tangan si laki-laki merangkul pundak si perempuan. Di atasnya
si perempuan terdapat simbol cinta yang diarsir penuh, sedangkan di atas si
laki-laki terdapat simbol cinta yang terbalik dan diarsir hanya di kanan
pinggir. Apa sebenarnya artinya? Pak Darwis mengatakan bahwa perempuan
mencintai dengan sepenuh hatinya, sedangkan laki-laki hanya mencintai sepenuh
raga. Banyak laki-laki yang meminta kissing dari pacarnya dan bahkan meminta
‘berhubungan’ dengan alasan sebagai bukti cinta. Salah besar. Itu bukanlah
cinta, melainkan hawa nafsu semata. Jika sudah seperti itu, perempuanlah yang selalu
mendapat masalah.
“Telah ditulis
atas anak Adam bagiannya dari zina, maka dia pasti menemuinya. Zina mata
memandang, zina tangan meraba, zina kaki melangkah, zina hati adalah berharap
dan berangan-anagan, dan yang demikian itu dibenarkan oleh farjinya atau
didustakan.” (HR. Bukhari).
Kelemahan
terbesar laki-laki adalah pandangan. Maka tidak salah jika ada seruan untuk
menundukkan kepala ketika berhadapan lawan jenis. Sebuah penelitian menyatakan
bahwa pada saat laki-laki bertemu pandang dengan lawan jenis pupil matanya akan
membesar, di jantung dan di perut juga akan timbul reaksi-reaksi yang
memunculkan rasa nikmat, kemudian ada hormon tertentu yang mengalir menuju
organ-organ seks. Bayangkan saja, itu baru karena bertemu pandang. Bagaimana
jika sudah ada sentuhan-sentuhan? Perempuan juga memiliki kelemahan. Telinga
dan leher. Satu bisikan lembut dari laki-laki bisa saja menghancurkannya. Perempuan
itu seperti kaca, mudah kotor dan mudah dibersihan. Namun ketika sudah pecah
tidak akan bisa kembali ke bentuk semuka. Sedangkan laki-laki itu seperti kayu,
susah dibentuk dan ketika jatuh tidak mudah hancur. Laki-laki sudah seharusnya
melindungi perempuan yang pada hakikatnya merupakan makhluk yang lemah. Seperti
perpaduan antara kaca dan kayu yang jika dibentuk sedemikian rupa akan
menghasilkan pigora yang indah.
Cinta yang sesungguhnya adalah yang
memiliki tujuan, target, dan berujung di pelaminan. Sedangkan kebanyakan cinta
para remaja hanya sekedar pacaran tanpa tujuan yang jelas dan berujung di ‘kelamin’an.
Begitulah canda yang dilontarkan Pak darwis. Sesungguhnya pacaran setelah
menikah itu jauh lebih indah. Bukan bermaksud menyuruh yang memiliki pacar
untuk memutuskan pacarnya, tetapi baiknya segera membangun keseriusan dengan
awal berbicara kepada orangtua, kemudian menjaga kesucian hingga waktunya tiba.
Mari menabung cinta kita di bank cinta, jangan mengobral cinta kita. Jika
saatnya sudah tiba, kita ambil cinta itu dan berikan seluruhnya kepada pasangan
kita. Cinta yang kita miliki bagaikan kuncup, jangan terburu-buru memetiknya,
biarkan kuncup itu tumbuh, maka jika sudah tiba waktunya untuk dipetik, kuncup
itu akan mekar menjadi bunga yang sangat indah.






